Ketika masih kuliah dulu sering saya mendengar celoteh dari
kawan kawan saya , katanya: dulu saya hidup dalam kesusahan, orang tua saya pun
hidup dalam kesulitan ekonomi…. Tapi saya bercita cita kalau bisa, saya tidak
ingin anak saya hidup dalam kesusahan seperti saya dan orang tua saya….dulu
saya angkat topi terhadap cita cita besar calon ibu dan bapak kepada anak
anaknya kelak…..suatu cita cita yang hampir sebagian orang tua inginkan adalah
anak anaknya memiliki kebahagiaan yang
lebih dari dirinya sendiri.
Tapi jika kita melihat sejarah, kita dapat melihat bahwa
tokoh tokoh yang banyak membawa perubahan besar dalam masyarakat baik perubahan
positif dan negatif tidak menjalani kehidupan mereka denagn kesenangan dan
kemudahan saja….banyak penemu, atau tokoh politik dilahirkan dalam keadaan
ekonomi yang lemah, tidak mendapatkan pendidikan yang tinggi atau bahkan
disangka mengalami cacat mental… tapi ternyata mereka membawa perubahan besar
dalam kehidupan manusia….Jadi, kalau kita ingin mempersiapkan anak anak kita
utnuk dapat memberi manfaat pada masyarakat, dia harus memiliki mental yang
sehat dan kuat untuk menghadapi kesusahan dan kesenangan dalam hidupnya.
Sejarah juga menunjukkan orang orang yang memiliki kekuasaan
besar dan tidak memiliki cita cita lain selain mempertahankan kekuasaan dan
kesenangan dirinya pribadi cenderung merugikan masyarakat dan membawa
kemunduran. Berbagai kebijakan yang dibuatnya tidak lain tidak bukan sekedar
untuk memenuhi kebutuhannya untuk hidup dalam keadaan senang tanpa
memperdulikan orang orang di sekitarnya yang mengalami kesusahan akibat
perbuatannya itu. Contoh paling klasik yang ada di zaman ini adalah kasus
korupsi…..sebagian besar orang melakukan korupsi bukan karena dia memperhatikan
keadaan orang lain ataupun masyarakat, tapi karena ia ingin memetik kesenangan
untuk dirinya sendiri. Ini yang terjadi jika kesenangan menjadi tujuan dalam
hidup, orang yang tidak mau susah dan tidak pernah mengalami kesulitan
cenderung memiliki mental yang lemah ketika menghadapi kesulitan, dia juga
cenderung hanya memikirkan kepentingan sendiri dan tidak peduli dengan
lingkungan sekitarnya.
Memang tidak semua berusaha mendapatkan kesenangan denagn
cara cara yang kurang benar seperti korupsi, banyak juga yang mendapatkan
kesenangan denagn cara cara yang benar, tapi kita dapat melihat banyak manusia
yang setelah mendapatkan kesenangan dan kurang mendapatkan tantangan akan
merasa bosan, jiwanya hampa…. Ibarat anak kecil yang mencoba menyelesaikan
puzzle, ketika puzzle selesai dikerjakannya, ia merasa senang, tapi itu tidak
berlangsung lama… jika ia betul betul suka bermain puzzle, ia akan mencari lagi
bentuk puzzle lain untuk ia selesaikan…..kalaupun ia suka dengan puzzle yang
telah ia selesaikan, ia akan membongkarnya dan menyusun ulang, tapi itu tak
akan berlangsung lama… karena ia membutuhkan tantangan baru…..