Minggu, 06 Januari 2013

Kalau Kesenangan Menjadi Tujuan Hidup



Ketika masih kuliah dulu sering saya mendengar celoteh dari kawan kawan saya , katanya: dulu saya hidup dalam kesusahan, orang tua saya pun hidup dalam kesulitan ekonomi…. Tapi saya bercita cita kalau bisa, saya tidak ingin anak saya hidup dalam kesusahan seperti saya dan orang tua saya….dulu saya angkat topi terhadap cita cita besar calon ibu dan bapak kepada anak anaknya kelak…..suatu cita cita yang hampir sebagian orang tua inginkan adalah anak anaknya memiliki kebahagiaan yang  lebih dari dirinya sendiri.
Tapi jika kita melihat sejarah, kita dapat melihat bahwa tokoh tokoh yang banyak membawa perubahan besar dalam masyarakat baik perubahan positif dan negatif tidak menjalani kehidupan mereka denagn kesenangan dan kemudahan saja….banyak penemu, atau tokoh politik dilahirkan dalam keadaan ekonomi yang lemah, tidak mendapatkan pendidikan yang tinggi atau bahkan disangka mengalami cacat mental… tapi ternyata mereka membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia….Jadi, kalau kita ingin mempersiapkan anak anak kita utnuk dapat memberi manfaat pada masyarakat, dia harus memiliki mental yang sehat dan kuat untuk menghadapi kesusahan dan kesenangan dalam hidupnya.
Sejarah juga menunjukkan orang orang yang memiliki kekuasaan besar dan tidak memiliki cita cita lain selain mempertahankan kekuasaan dan kesenangan dirinya pribadi cenderung merugikan masyarakat dan membawa kemunduran. Berbagai kebijakan yang dibuatnya tidak lain tidak bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhannya untuk hidup dalam keadaan senang tanpa memperdulikan orang orang di sekitarnya yang mengalami kesusahan akibat perbuatannya itu. Contoh paling klasik yang ada di zaman ini adalah kasus korupsi…..sebagian besar orang melakukan korupsi bukan karena dia memperhatikan keadaan orang lain ataupun masyarakat, tapi karena ia ingin memetik kesenangan untuk dirinya sendiri. Ini yang terjadi jika kesenangan menjadi tujuan dalam hidup, orang yang tidak mau susah dan tidak pernah mengalami kesulitan cenderung memiliki mental yang lemah ketika menghadapi kesulitan, dia juga cenderung hanya memikirkan kepentingan sendiri dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Memang tidak semua berusaha mendapatkan kesenangan denagn cara cara yang kurang benar seperti korupsi, banyak juga yang mendapatkan kesenangan denagn cara cara yang benar, tapi kita dapat melihat banyak manusia yang setelah mendapatkan kesenangan dan kurang mendapatkan tantangan akan merasa bosan, jiwanya hampa…. Ibarat anak kecil yang mencoba menyelesaikan puzzle, ketika puzzle selesai dikerjakannya, ia merasa senang, tapi itu tidak berlangsung lama… jika ia betul betul suka bermain puzzle, ia akan mencari lagi bentuk puzzle lain untuk ia selesaikan…..kalaupun ia suka dengan puzzle yang telah ia selesaikan, ia akan membongkarnya dan menyusun ulang, tapi itu tak akan berlangsung lama… karena ia membutuhkan tantangan baru…..