Senin, 26 Mei 2014

Ayo Nak, Pipis di Kamar Mandi

Gambar didapat dari internet
Mengompol. Itu adalah pekerjaan yang biasa untuk seorang bayi. Untuk mengubah kebiasaan itu tentu tidak mudah seperti ketika seorang ibu berusaha untuk meyapih anaknya. Tepatnya itu adalah pendidikan tahap awal yang dialami oleh seluruh bayi. Pelajaran bagi bayi bahwa ia tidak dapat lagi berbuat sesuka hatinya untuk mengeluarkan kotorannya di mana mana. Tentu saja ini bukan pelajaran  yang mudah, apalagi pada tahap ini bayi dapat dikategorikan manusia yang belum dapat menggunakan daya fikirnya dengan sempurna. Jadi sulit untuk seorang ibu memberikan logika atau hubungan sebab akibat dan pengertian karena pada masa ini belum tentu semua bayi mampu untuk memproses informasi yang kita berikan. Oleh sebab itu kita jangan terlalu berharap banyak bahwa bayi bisa mengerti apa yang kita sampaikan secara tuntas mengenai pentingnya buang air di kamar mandi.....

Tapi jangan putus asa, karena walaupun bayi tidak dapat menggunakan logikanya dengan tepat pada masa ini (kurang lebih 0 - 3 tahun), tapi bayi seperti makhluk lainnya memiliki perasaan sensitif. Jika bahasa lisan tidak dapat menjadi panduan, mungkin saja bahasa perasaan bisa mendukung atau menghambat kepandaian seorang anak untuk mau buang air di kamar mandi. Nah, tinggal bagaimana kita dapat menggunakan bahasa perasaan tadi dengan baik dan benar.

Pertama, seorang ibu jangan pernah merasa terbebani atau terpaksa denagn pekerjaan ini. Ibu yang melatih anaknya harus memiliki pikiran positif dan mampu memberikan pandangan yang positif untuk  anaknya. Ilmu membuang kotoran pada tempatnya adalah pelajaran pertama bagi seorang anak tentang kebersihan. Banyak ilmu lain yang dapat diajarkan pada anak jika dia telah mengerti tentang kebersihan antara lain: belajar bersuci, shalat, membuang sampah, mencuci piring, memasak, dll.  Buang air di kamar mandi adalah salah satu tahap awal yang terlihat sebagai bagian kecil dari proses pendidikan tentang kebersihan, tapi dapat berpengaruh besar. Pada tahap ini anak dapat merasakan bahwa kotoran itu untuk dibuang pada tempatnya bukan disimpan. Jika ada kotoran pada anggota tubuh harus dibersihkan dengan air dan sabun. Sebagai seorang manusia kita harus menjaga kebersihan baik pada diri kita sendiri, makanan kita, tempat kita tinggal dan lingkungan. Kita bisa melihat ruang lingkup pendidikan tentang kebersihan meluas dari kebersihan pada diri sendiri pada kebersihan lingkungan. 

Tentu saja hal ini tidak mudah karena pandangan positif ini akan diuji denagn banyak peristiwa yang cukup melelahkan seperti tiba tiba anak pipis di lantai, atau bahkan kena karpet, baju, buku dan bukan tidak mungkin gadget kesayangan kita. Terkadang jika dia mengompol, ompolnya terkena pada baju tidur kita sehingga bukan hanya dia yang harus dibersihkan tapi kita juga harus membersihkan diri kita sendiri, bayangkan jika hal ini terjadi di tengah malam. Tapi di situlah seninya, jika kita merasa kesal, jangan sampai kekesalan itu ditunjukkan pada anak kita karena ini akan berpengaruh pada perasaannya. Anak saya yang ke lima belajar pipis di kamar mandi tanpa banyak kesulitan karena pada saat itu dia dididik denagn suasana santai, tidak tegang dan beban mental. Saat ini pada usia dua tahun lebih jika dia ingin pipis dia membuka celananya sendiri dan masuk ke kamar mandi sendiri, jika sudah selesai dia akan memanggil saya untuk membantunya. tapi ternyata kekurangan dari metoda ini adalah dia cukup santai dengan kotorannya sehingga tidak ada rasa kotor dan jijik untuk memegang (maaf) bagian tubuhnya yang belum dibersihkan dari kotoran.  Berbeda dengan anak nomor 1 sampai 4. Pada masa itu saya masih merasa tegang walaupun ditahan. Rupanya perasaan itu cukup membekas sehingga anak nomor 1 sampai 4 cenderung jijik dengan kotoran dan tidak tahan jika berada di tempat yang kotor.

Ada juga berbagai usaha yang dapat memudahkan kita untuk bersabar melewati hal ini antara lain: 

  • Buatlah jadwal makan dan minum yang teratur. pagi sampai sore izinkan anak untuk minum sebanyak yang ia butuhkan, tapi batasi minuman ketika sudah malam agar tidak mengompol. Kurangi sedikit demi sedikit jadwal menggunakan botol susu di malam hari. Jika ini dilatih, anak akan banyak minum di pagi hari dan tetap tidur di malam hari tanpa botol minum.
  • Buatlah jadwal ke kamar mandi sesuai denagn jadwal makan minum anak. Unutk anak usia 2 tahun ke atas biasanya sudah memiliki jadwal buang air yang cukup teratur jika jadwal makan minumnya jiuga teratur. kita bisa membuat jadwal perkiraan kapan mengajak anak untuk pipis di kamar mandi. Yang perlu diingat jadwal kadang bisa meleset dan lagi lai kita harus bersabar. Masalah lain denagn cara ini adalah terkadang anak belum mau pipis dan kita memaksanya untuk pipis karena sudah dalam jadwal perkiraan. Jika ini terjadi sebaiknya kita mengalah agar anak tidak terbebani deangn jadwal pipisnya.
     
  • Penggunaan diaper masih dapat dilakukan jika tak ingin ada kotoran di lantai rumah, terlalu sibuk di rumah dan tidak ada asisten rumah tangga. Tetaplah konsisten denan jadwal pipis yang sudah dibuat. Jika anak masih belum mau pipis di kamar mandi bisa juga diakali dengan cara lain seperti pipis di pispot atau pipis di tempat cuci yang terbuka, dll. tapi jika cara ini masih sulit, mungkin si anak memang belum mau pipis di kamar mandi. Kita masih bisa menunggunya.
  • Belajar pipis langsung lepas diaper memang lebih melelahkan daripada dengan diaper, tapi banyak manfaatnya. Biasanya jika diaper langsung dilepas anak lebih cepat menyesuaikan diri karena sedikit dipaksa. Anak juga dapat melihat langsung akibat dari kotoran yang keluar tidak pada tempatnya yaitu tempat harus dibersihkan segera, baju kotor berbau dan perlu dibersihkan ekstra, dan tetap harus pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Agar tidak terlalu lelah siapkan kain pel dan peralatan kebersiahn lain di beberapa ruangan sehingga jika ada pipis di lantai bisa langsung dibersihkan.
  • Lakukan proses ini secara konsisten agar berhasil. Jika tidak konsisten berarti usaha akan dimulai dari awal kembali.
  • Periksa kembali kondisi kesehatan anak dan kondisi fisik anak. pada usia 2.5 tahun setelah disapih, anak sudah mulai dapat belajar pipis di kamar mandi karena sudah memenuhi syarat seara fisik. untuk anak laki laki mungkin bisa lebih besar dari usai 2.5 tahun dan lebih sulit karena kandung kemih anak laki laki lebih keil dibandingkan anak perempuan. Jika dalam waktu 6 bulan belum anak masih mengompol, periksa kembali keadaan anak apakah ia mengalami stres atau memang belum siap secara fisik. Jika anak mengeluh dalam proses ini atau seperti mengalami kesakitan, bisa diperiksakan ke dokter.







Jumat, 14 Maret 2014

Taqlid, Kata Yang Ditakuti





Dulu ketika belajar agama, rasanya kata kata taqlid adalah kata yang ingin saya hindari. Taqlid buta, kesannya bodooooh sekali, nggak mikir apa apa tapi langsung ikut langsung taat. Kata ini menimbulkan kesan kalau orang yang melakukannya bodoh sekali, masak ikut ikut aja nggak tau permasalahnnya apa.... yang keren itu adalah kata kata pemikiran, bahkan pemberontakan atau mempertanyakan.....


Tapi ternyata kalau kita belajar tentang taqlid, nampaknya kata kata itu menjadi tidak terlalu menakutkan dan merusak image seseorang. Bahkan dari hal tentang taqlid nampak sekali kalau Islam itu adalah agama rahmat yang dibawa untuk berbagai jenis manusia di muka bumi ini. Taqlid itu diperlukan untuk orang awam, orang yang tidak memiliki ilmu yang ukup tentang agama.

Taqlid dan ittiba itu artinya sama, ikut saja tanpa pusing pusing memperhatikan mana dalil dan huku hukumnya. Secara makna arti ini tidak membawa nilai positif atau negatif.Baru bermakna positif dan negatif kalau ada keterangannya. Taqlid pada setan firaun, jin, dll diharamkan, taqlid pada mujtahid dibolehkan bahkan dianjurkan. Seperti pada (QS. Al‐Anbiya’ 7), ”Bertanyalah kamu pada orang yang alim (dalam bidangnya) jika kalian tidak tahu.” (Al‐Kawkab al‐Sathi’ fi Nazhmi al‐Jawami 492) https://www.facebook.com/KumpulanHujjahAhlussunnahhalaman/posts/438834072834349.

Taqlid ini hukumnya haram jika yang bertaqlid adalah Imam Mujtahid karena Imam Mujtahid sudah memiliki ilmu lahir dan batin yang luas seperti pada cerita:  https://www.facebook.com/KumpulanHujjahAhlussunnahhalaman/posts/438834072834349. Abu Dawud yang meriwayatkan ucapan Imam Ahmad bin Hanbal “Imam Ahmad berkata kepadaku, ”Janganlah kamu bertaqlid kepadaku, juga kepada Imam Malik, Imam Syafi’I, al‐Awza’i, dan al‐Tsauri. Tapi galilah dalil‐dalil hukum itu sebagaimana yang mereka lakukan.” (Al‐Qawl al‐Mufid li al‐Imam Muhammad bin Ali al‐ Syaukani 61).
Coba perhatikan dengan seksama, kepada siapa Imam Ahmad berbicara? Beliau menyampaikan ucapan itu kepada Abu Dawud pengarang kitab Sunan Abi Dawud yang memuat lima ribu dua ratus delapan puluh empat hadits lengkap dengan sanadnya. Tidak kepada masyarakat kebanyakan. Sehingga wajar, kalau imam mengatakan hal itu kepada Imam Abu Dawud, sebab ia telah memiliki kemampuan untuk berijtihad. Sementara syarat menjadi Imam Mujtahid sangat berat yaitu:
  • Syarat Pertama, mengetahui bahasa Arab sedalam-dalamnya
  • Syarat yang kedua bagi Imam Mujtahid ialah mahir dalam hukum-hukum Al-Qur’an
  • Syarat yang ketiga bagi Imam Mujtahid ialah mengerti akan isi dan maksud Al-Qur’an keseluruhannya,  
  • Syarat yang ke-empat bagi seorang Imam Mujtahid ialah mengetahui “Asbabun-nuzul” bagi setiap ayat itu
  • Syarat yang kelima bagi seseorang Imam Mujtahid ialah mengetahui hadits-hadits Nabi,
  • Syarat yang ke-enam bagi setiap Imam Mujtahid ialah berkesanggupan menyisihkan mana hadits-hadits yang sahih, mana yang maudhu’ (yang dibuat-buat oleh musuh-musuh Islam), mana hadits yang kuat, mana hadits yang lemah.
  • Syarat ketujuh, mengerti dan tahu pula fatwa-fatwa Imam Mujtahid yang terdahulu dalam masalah-masalah yang dihadapi.
(Sumber: Sejarah & Keagungan Madzhab Syafi’i, K.H. Siradjuddin Abbas, Pustaka Tarbiyah Baru. )
 diambil dari: http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/03/31/imam-mujtahid/

Jadi bagaimana? berminatkah menjadi ulama mujtahid? waaaah berat sekali rupanya persyaratannya.....
Kalau kita fikir kembali denagn jernih, sebetulnya pada hal hal yang sederhana dalam kehidupan kita pun kita banyak taqlid, kita taqlid pada dokter, gak perlu kuliah di fakultas kedokteran dulu untuk mendapatkan pengobatan, kita taqlid pada tukang servis kendaraan, tidak perlu belajar mekanik dulu, dll. Bayangkan kalau utuk urusan sepele kita tidak boleh taqlid. Seorang anak, pada usia tertentu ( lahir sampai mumayyiz- usia seorang anak mulai dapat berfikir seara konsisten) dia perlu taqlid pada orangtuanya. Coba kita bayangkan lagi kalau setiap saat kita menghindari taqlid kepada segala sesuatu.....

Tapi yang menjadi masalah sekarang, kepada siapa kita akan bertaqlid? tentunya kepada ulama Mujtahid yang kita percaya.